Lesu Forum Diskusi, Lakpesdam Kalteng Gelar Rutinan Diskusi Perdana Lintas Generasi
PALANGKARAYA -LENSARA.ID Tidak banyak dijumpai forum-forum diskusi di kalangan mahasiswa dan akademisi di Kota Palangka Raya. Menandakan semangat diskusi antar elemen gerakan pemikiran pada generasi muda, kian lesu.
Padahal tanpa diskusi, seakan kurang nutrisi untuk memacu otak berfikir kritis atas fenomena di sekitarnya. Bahkan berpotensi menumpulkan alat berfikir itu. Terobosan ide dan gagasan untuk kemajuan, kerapkali muncul di tengah perbincangan pinggiran sekelas kedai, dengan nuansa informal.
Lesunya forum-forum diskusi tersebut, memantik Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU Kalimantan Tengah terdorong untuk menggelar diskusi berkala. Hari Jumat malam (22/9/23), menjadi pembuka atau perdana gelaran diskusi mingguan.
Gelaran perdana diskusi tersebut, rupanya banyak generasi muda semangat hadir dan meluapkan “kenikmatan diskusi” yang beberapa tahun ini seakan hilang dari hiruk-pikuk kota Cantik Palangka Raya sebagai centrum pendidikan untuk wilayah provinsi berjuluk Bumi Pancasila ini.
Akademisi IAIN, IAHN, IAKN, dan puluhan mahasiswanya hadir nemenuhi undangan diskusi tematik itu. Mantan aktivis kampus, yang gerah terhadap lesunya forum diskusi, juga merasa tergerak partisipasi.
“Suasana diskusi seperti ini, saya kira sudah lama tidak terdengar lagi, lesu dan senyap, entah kenapa tidak ada gairah lagi dari para aktivis kita. Saya senang dan mengapresiasi sekali malam ini Lakpesdam Kalteng memulai untuk membangkitkan gairah kembali forum diskusi mengasah pemikiran,” ungkap Najib, peserta diskusi ysng merupakan lulusan IAIN Palangka Raya.
Diantara peserta diskusi yang hadir memang merupakan aktivis kampus pada zamannya, yang sekarang menjadi dosen di berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, di Kota Palangka Raya. Kemudian sejumlah mantan aktivis kampus yang beberapa tahun baru lulus, serta puluhan mahasiswa yang masih mengeyam pendidikan kampus.
“Kami ingin merutinkan diskusi tiap pekan, tiap Jumat malam, demi menggairahkan kembali diskusi asah pemikiran. Tujuan kegiatan ini bagian upaya mendorong aktivis muda terutama kalangan Generasi Z terbiasa berdiskursus persoalan realitas yang terjadi, aktual dan faktual,” terang Sekretaris Pengurus Wilayah (PW) Lakpesdam NU Kalteng, Favi Aditya Ikhsan.
Dosen IAIN Palangka Raya ini melanjutkan, kegiatan diskusi rutin ini dilaksanakan tiap Jumat malam dari pukul 18.30 hingga 20.30 WIB bertempat di Lantai 2 Kedai NUkita Jl. G.Obos VII Palangka Raya.
Diskusi mingguan ini digelar menghadirkan narasumber atau pemantik diskusi yang terjadwal, berasal dari kalangan aktivis Organisasi Kepemudaan (OKP) dan akademisi muda dari kampus-kampus di Palangka Raya, secara bergiliran dan berkesinambungan.
“Narasumber atau pemantik yang diundang dalam diskusi rutinan mingguan diantaranya akademisi dari IAIN, IAKN, IAHN, PGRI, UPR, UMP, dan ITSNU Kalimantan. Juga dari aktivis OKP untuk bisa mengisi menjadi narasumber pada giat ini bahkan mahasiswa dari kampus-kampus seputaran Palangka Raya juga kami undang agar nantinya bergantian menjadi pemantik pada diskusi ini,” bebernya.
Di tempat yang sama, Ketua PW Lakpesdam NU Kalteng M. Roziqin mengatakan bahwa Pengurus Lakpesdam tergerak untuk menginisiasi kegiatan ini dilatarbelakangi sepinya ruang diskusi para aktivis dan akademisi muda dalam mengasah kekritisan pikirannya.
“Lesunya ruang ruang bertukar pikiran, sepinya peminat diskusi, haruslah dibaca bahwa ini sebagai bancana bagi aktivis. Kalau pikiran terkungkung, selain terjerumus pemikiran sempit, juga terjebak membenarkan pemikirannya sendiri,” ucapnya.
Nah oleh sebab itu, perlu diuji pemikirannya dengan cara diadu atau ditukar dengan pemikiran lawan bicara lainnya seperti ini, justru mengasikkan dan lebih mencerahkan. Hal kedua, tentu selain mengasah kemampuan berfikir analisis, juga melontarkan ide problem solving-nya.
“Kalau maksud ini tercapai kan itu kan keren, konteksnya untuk sama-sama mengembangkan nalar kritis, membangun ide-ide konstruktif, dan membangun daerah lebihbsolutif bagi generasi muda,” sebut Roziqin.
Biasanya, sambung dia, mahasiswa atau aktivis muda, akan lebih berani lagi menyampaikan narasi-narasi kegelisahan yang ditemukan, sebab kondisi informal macam diskusi di luar jalur formal lebih asyik, lebih banyak muncul ide atau gagasan yang bisa dituangkan dengan tajam, dibanding apabila diskusi di ruang kelas saja.
“Tentu dengan kegiatan diskusi menjadi upaya Lakpesdam terus mendorong penguatan SDM yang ada di Kalteng, entah dari kalangan akademisi muda maupun aktivis luar kampus, untuk bersinergi, berkolaborasi, memberikan sumbang pikir kritis objektif dalam kerangka mengawal pembangunan di daerah lebih maju, terbuka, dan smart,” pungkas dia. (Red)